Hambatan Komunikasi
HAMBATAN FISIK DALAM PROSES
KOMUNIKASI
Merupakan jenis hambatan
berupa fisik, misalnya cacat pendengaran (tuna rungu), tuna netra, tuna wicara.
Maka dalam hal ini baik komunikator maupun komunikan harus saling berkomunikasi
secara maksimal. Bantuan panca indera juga berperan penting dalam komunikasi
ini.
Contoh: Apabila terdapat
seorang perawat dengan pasien berusia lanjut. Dalam hal ini maka perawat harus
bersikap lembut dan sopan tapi bukan berarti tidak pada pasien lain. Perawat
harus lebih memaksimalkan volume suaranya apabila ia berbicara pada pasien tuna
rungu. Begitu pula halnya dengan si pasien. Apabila si pasien menderita tuna
wicara maka sebaiknya ia mengoptimalkan panca inderanya (misal: gerakan tangan,
gerakan mulut) agar si komunikan bisa menangkap apa yang ia ucapkan. Atau si
pasien tuna wicara isa membawa rekan untuk menerjemahkan pada si komunikan apa
yang sebetulnya ia ucapkan.
HAMBATAN SEMANTIK DALAM
PROSES KOMUNIKASI
Semantik adalah pengetahuan
tentang pengertian atau makna kata (denotatif). Jadi hambatan semantik adalah
hambatan mengenai bahasa, baik bahasa yang digunakan oleh komunikator, maupun
komunikan.
Hambatan semantik dibagi
menjadi 3, diantaranya:
1. Salah pengucapan kata atau istilah karena
terlalu cepat berbicara.
contoh: partisipasi menjadi
partisisapi
1. Adanya perbedaan makna dan pengertian pada
kata-kata yang pengucapannya sama
Contoh: bujang (Sunda:
sudah; Sumatera: anak laki-laki)
1. Adanya pengertian konotatif
Contoh: secara denotative,
semua setuju bahwa anjing adalah binatang berbulu, berkaki empat. Sedangkan
secara konotatif, banyak orang menganggap anjing sebagai binatang piaraan yang
setia, bersahabat dan panjang ingatan.
Jadi apabila ini
disampaikan secara denotatif sedangkan komunikan menangkap secara konotatif
maka komunikasi kita gagal.
HAMBATAN PSIKOLOGIS DALAM PROSES
KOMUNIKASI
Disebut sebagai hambatan
psikologis karena hambatan-hambatan tersebut merupakan unsur-unsur dari
kegiatan psikis manusia.
Hambatan psikologi dibagi
menjadi 4 :
1. Perbedaan kepentingan atau interest
Kepentingan atau interst
akan membuat seseorang selektif dalam menganggapi atau menghayati pesan. Orang
hanya akan memperhatikan perangsang (stimulus) yang ada hubungannya dengan
kepentingannya. Effendi (1981: 43) mengemukakan secara gamblang bahwa apabila
kita tersesat dalam hutan dan beberapa hari tak menemui makanan sedikitpun,
maka kita akan lebih memperhatikan perangsang-perangsang yang mungkin dapat
dimakan daripada yang lain. Andaikata dalam situasi demikian kita dihadapkan
pada pilihan antara makanan dan sekantong berlian, maka pastilah kita akan
meilih makanan. Berlian baru akan diperhatikan kemudian. Lebih jauh Effendi
mengemukakan, kepentingan bukan hanya mempengaruhi kita saja tetapi juga
menentukan daya tanggap, perasaan, pikiran dan tingkah laku kita.
Sebagaimana telah dibahas
sebelumnya, komunikan pada komunikasi massa bersifat heterogen. Heterogenitas
itu meliputi perbedaan usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan yang
keseluruhannya akan menimbulkan adanya perbedaan kepentingan. Kepentingan atau
interest komunikan dalam suatu kegiatan komunikasi sangat ditentukan oleh
manfaat atau kegunaan pesan komunikasi itu bagi dirinya. Dengan demikian,
komunikan melakukan seleksi terhadap pesan yang diterimanya.
Kondisi komunikan seperti
ini perlu dipahami oleh seorang komunikator. Masalahnya, apabila komunikator
ingin agar pesannya dapat diterima dan dianggap penting oleh komunikan, maka
komunikator harus berusaha menyusun pesannya sedemikian rupa agar menimbulkan
ketertarikan dari komunikan.
1. Prasangka
Menurut Sears, prasangka
berkaitan dengan persepsi orang tentang seseorang atau kelompok lain, dan sikap
serta perilakunya terhadap mereka. Untuk memperoleh gambaran yang jelas
mengenai prasangka, maka sebaiknya kita bahas terlebih dahulu pengertian persepsi.
Persepsi adalah pengalaman objek pribadi, peristiwa
faktor dari hambatan : personal dan situasional.
Untuk mengatasi hambatan
komunikasi yang berupa prasangka pada komunikan, maka komunikator yang akan
menyampaikan pesan melalui media massa sebaiknya komunikator yang netral, dalam
arti ia bukan orang controversial, reputasinya baik artinya ia tidak pernah
terlibat dalam suatu peristiwa yang telah membuat luka hati komunikan. Dengan
kata lain komunikator itu harus acceptable. Disamping itu memiliki kredibilitas
yang tinggi karena kemampuan dan keahliannya.
1. Stereotip
Adalah gambaran atau
tanggapan mengenai sifat atau watak bersifat negative (Gerungan,1983:169). Jadi
stereotip itu terbentuk pada dirinya berdasarkan keterangan-keterangan yang
kurang lengkap dan subjektif.
Contoh: Orang Batak itu
berwatak keras sedangkan orang Jawa itu berwatak lembut.
Seandainya dalam proses
komunikasi massa ada komunikan yang memiliki stereotip tertentu pada
komunikatornya, maka dapat dipastikan pesan apapun tidak dapat diterima oleh
komunikan.
1. Motivasi
Merupakan suatu pengertian
yang melingkupi semua penggerak, alasan-alasan atau dorongan-dorongan dalam
diri manusia yang menyebabkan manusia berbuat sesuatu (Gerungan 1983:142).
Motif adalah sesuatu yang
mendasari motivasi karena motif memberi tujuan dan arah pada tingkah laku
manusia. Tanggapan seseorang terhadap pesan komunikasi pun berbeda sesuai
dengan jenis motifnya.
Motif dibagi menjadi 2
macam, yaitu:
1. Motif Tunggal
Contoh: Motif seseorang
menonton acara “Seputar Indonesia” yang disiarkan RCTI adalah untuk memperoleh
informasi.
1. Motif Bergabung
Contoh: (kasus yang sama
dengan motif tunggal) tetapi bagi orang lain motif menonton televisi adalah
untuk memperolh informasi sekaligus mengisi waktu luang.
UPAYA-UPAYA DALAM MENGATASI
HAMBATAN BERKOMUNIKASI
Untuk mengetahui hambatan
tersebut dapat ditanggulangi dengan cara sebagai berikut :
1. Mengecek arti atau maksud yang disampaikan
Bertanya lebih lanjut pada
si komunikan apakah ia sudah mengerti apa yang si komunikator bicarakan.
Contoh: Perawat bertanya
pada pasien “Apakah sudah mengerti, Pak?”
1. Meminta penjelasan lebih lanjut
Sama halnya dengan poin
pertama hanya saja disini si komunikator lebih aktif berbicara untuk
memastikan apakah ada hal lain yang perlu ditanyakan lagi.
Contoh: “Apa ada hal lain
yang kurang jelas, Bu?”
1. Mengecek umpan balik atau hasil
Memancing kembali si
komunikator dengan mengajukan pertanyaan mengenai hal atau pesan yang telah
disampaikan kepada komunikan.
Contoh: “Tadi obatnya sudah
diminum , Pak?” Sebelumnya si komunikator telah berpesan pada komunikan untuk
meminum obat.
1. Mengulangi pesan yang disampaikan memperkuat
dengan bahasa isyarat
Contoh: “Obatnya diminum 3
kali sehari ya” sambil menggerakkan tangan.
1. Mengakrabkan antara pengirim dan penerima
Dalam hal ini komunikator
lebih mendekatkan diri dengan berbincang mengenai hal-hal yang menyangkut
keluarga, keadaannya saat ini (keluhan tentang penyakitnya).
1. Membuat pesan secara singkat, jelas dan tepat
Si komunikator sebaiknya
menyampaikan hanya hal-hal yang berhubungan pasien (atau yang ditanyakan
pasien) sehingga lebih efisien dan tidak membuang-buang waktu.
Daftar Pustaka
:
https://hayyunaafy.wordpress.com/my-document/hambatan-komunikasi/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar